Sabtu, 22 April 2017

pertanian vs kapitalisme

Selamat datang di blog me..
Paradigma petani, infrastruktur, kapitalisme.

Pertanian adalah sektor utama yang harus menjadi perhatian negara Indonesia.
Lahan produktif yang masih bisa memberikan profit tinggi bagi produksi hasil pertanian saat ini mulai terkikis oleh kepentingan infrastruktur dambaan kapitalisme.
Nama Indonesia sebagai negara agraris hanya tinggal bingkai yang terpasang di dinding usang. Namun apakah ini sebagai permasalahan yang tak memiliki solusi??

Tuhan selalu memberikan masalah sepaket dengan solusi. Kalau dalam pandangan kacamata saya , mengesampingkan pro dan kontra kepada kepala negara, maka saya pribadi memandang pembangunan infrastruktur tidak melulu demi kepentingan kapitalisme.

Indonesia telah merdeka 71 tahun, tidak wajar jika akses infrastruktur masih mengikuti sisa masa kolonial.Percepatan pembangunan dan pemerataan ekonomi salah satu indikator yang penting adalah pengembangan infrastruktur.

Lho.. infrastruktur yang menghilangkan berhektar-hektar lahan pertanian produktif kok malah dibilang penting?..
Coba deh melihatnya dengan pikiran maju, apa sebabnya pembangunan di negara kita ga merata? Ya karena keterbatasan akses, liat itu negara negara maju, infrastruktur nya bagaimana? Moso kita cuma bisa berdecak kagum doank dengan yang dimiliki negara maju, kenapa kok kita tidak bernafsu untuk membuatnya di negara kita.

Tapi petani banyak jadi korban lho??
Itu kan kaya LSM atau orang orang yang berkepentingan untuk politik.
Kalau kata saya, mereka ga jadi korban, toh diganti rugi, malah ada yang beli mobil baru setelah ganti rugi, sebab mereka juga sudah di beri juga tempat mukim yang baru.

Iya tempat baru yang tidak produktif...sama saja kedua siaan.
Waduh, kita punya banyak lulusan sarjana pertanian, ilmu pengetahuan mereka bisa di implementasikan ke petani di tempat yang baru dengan pendampingan.
Persolan di negara kita ini, lulusan pertanian malah ga mau menjadi petani, yang bekerja tida terlihat parlente.coba deh hitung lulusan sarjana pertanian di seluruh kampus Indonesia, ada banyak kan?? Kalau mmereka punya kompetensi berbasis pertanian, loyal dengan ilmunya dan di praktekan acara nyata, pertanian Indonesia akan maju dengan inovasi-inovasi mutakhir yang ga butuh lahan berhektar-hektar. kalau pertanian melulu digarap oleh orang-orang tua yang tidak bisa menguasai teknologi, ya jelas akan selalu di salahkan pembangunan infrastrukturnya.

Please, sudah saatnya kita berkarya ga melulu harus menjadi aktivis atau orang politik atau harus berdasi di ruang berACE. Pada saat KKN sarjana pertanian berusaha memberi bimbingan kepada para petani, apakah itu hanya sebagai syarat untuk cepat lulus saja?..
Ayoh kawan, bergabunglah dengan sesama alumni ,membentuk kelompok tani yang modern, sesuai denga titel intelektual kamu sebagai sarjana pertanian.
So..kita tidak akan pernah takut hadapi dinamika untuk membantu dapatkan solusi bagi petani yang selalu diekspose  seakan pembangunan infrastruktur mengakhiri segalanya.

Kita jangan kalah dengan teori teori yang mendramatisir masalah sosial, itu bagian dari sifat kapitalisme , feodalisme, liberalisme. Dan yang dapat memberantas itu, hanya kompetensi para lulusan lulusan universitas di seluruh Indonesia.

Pembangunan akan terus bergerak jika generasi muda, membuat pembaharuan menjadi pemikir yang selalu berinovasi dalam praktek nyata, bukan praktek orasi, yang hanya pamer majas Dengan dalih perjuangan dan kepedulian.
Kawan kawan, negara kita sudah tidak butuh jagoan orasi , kita butuh ahli ahli berkompetensi dalam praktek kerja ,kerja ,dan kerja.

Udah ya , ini aja pandangan saya..negara akan maju kalau setiap perubahan bisa diikuti para sarjana dengan ilmu pengetahuan yang tepat implementasinya. Dan tetaplah positif thinking.orang yang pinter orasi biasa juga jago korupsi...itu fakta....